Seribu Hari Psikedelik (Pengaruh Narkoba) The Beatles

SELAMA lima tahun paruh terakhir dekade 1960, musik The Beatles bagi sebagian besar penggemarnya, sudah terlalu maju dibandingkan grup-grup lainnya. Musikalitas mereka begitu cocok dengan semangat zaman waktu itu sehingga bagi para pendengarnya mereka-John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr-sudah mirip bagaikan dewa-dewa yang turun dari langit.
Padahal, pengaruh The Beatles sebetulnya tidak terlalu mengakibatkan perubahan-perubahan sosial dan psikologis. Namun, mereka dengan jeli mampu menangkap gagasan-gagasan tertentu, sebelum dilakukan oleh para pesaingnya, pada saat gagasan-gagasan itu masih dalam tahap formatif di kalangan elite waktu itu. Apalagi, jutaan keping piringan hitam (PH) mereka yang terjual, menjadi bukti bahwa The Beatles seakan-akan menjadi sumber pengkayaan kehidupan pop culture saat itu.
Salah satu contohnya adalah ketertarikan The Beatles pada musik dan agama India-Hindu, yang pada tahun 1965 hanya menjadi obyek menarik hanya bagi kalangan kecil masyarakat. Perjalanan The Beatles mendalami Hindu di Risikesh (India), menjadi pemicu bagi kebangkitan spiritual generasi muda di akhir 1960-an. Eksperimentasi musik yang terekam bagus melalui lagu Revolution 9, misalnya, menjadi rujukan penting bagi para pemusik rock progresif.
The Beatles memang bukan pencipta fenomena Summer of Love tahun 1967, namun mereka sudah lebih dulu merekayasa sebuah kontra-kultur melalui album Revolver. Lagu-lagu seperti Tomorrow Never Knows dan A Day In The Life dalam album Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band bukan cuma dianggap sukses sebagai album konsep yang psikedelik. Namun, artistik album itu sendiri, pakaian yang mereka kenakan, dan model rambut mereka, menjadi rujukan untuk hidup bergaya psikedelik.
The Beatles juga menjadi grup musik pertama yang habis-habisan memanfaatkan pengaruh penggunaan LSD (sejenis narkoba) dalam produksi album Sgt Pepper's. Dan, sebelum itu, berkat jasa Bob Dylan di New York tahun 1964, mariyuana juga berperan besar dalam pembuatan film dan album Help. Namun, pengaruh mariyuana tidaklah terlalu tampak dari album tersebut karena masih besarnya tekanan komersial terhadap mereka untuk memperpanjang fenomena Beatlemania yang sangat menguntungkan.
Adalah Lennon dan Harrison yang pertama kali mencoba LSD pada tahun 1965, diikuti McCartney dan Starr tak lama kemudian. McCartney mengakui, lagu Day Tripper bertutur tentang asyiknya mabuk narkoba. Lennon juga tidak mau ketinggalan ketika menciptakan lagu The Word enam bulan kemudian. Bagi Harrison dan Starr (dengan bantuan ahli studio rekaman Geoff Emerick), "perjalanan ke surga" itu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk eksplorasi suara instrumen musik masing-masing.
McCartney merupakan anggota garda depan The Beatles, yang memperkaya khazanah pengetahuan musiknya melalui pergaulannya dengan berbagai aktivitas kesenian, yang ditampilkan kelompok artis underground. McCartney merupakan pengunjung tetap pertunjukkan musik improvisasi bebas AMM, yang diadakan oleh Cornelis Cardew, profesor komposisi di Royal College Of Music di London. Dia juga rajin menonton konser The Soft Machine dan Pink Floyd di UFO Club, dan membantu penerbitan harian underground pertama, International Times.
Sementara Lennon, sekalipun ikut mendalami acara-acara underground tersebut, seperti 14-Hours Of Technicolour Dream, lebih skeptis menyambut kedatangan era psikedelik setelah membaca tuntas buku The Psychedelic Experience karya Timothy Leary dan Richard Alpert. Ia lebih konsentrasi kepada musiknya, ketimbang mengikuti jejak Harrison memperdalam agama Hindu, misalnya. Meskipun tidak perlu kerja keras karena terlalu dalam terjebak dengan LSD, Lennon masih tetap menjadi musikus yang genius ketika menulis nomor-nomor seperti Strawberry Fields Forever atau Lucy In The Sky With Diamond.

***

SEDANGKAN Harrison pada periode Sgt Pepper's sudah meninggalkan narkoba, dan menggantikannya dengan meditasi. Karyanya, Within You Without You, dalam album Sgt Peppers's, merupakan pencapaian yang istimewa bagi seorang Harrison yang baru sekitar 18 bulan mempelajari musik klasik India. Tema mengenai karma dalam agama Hindu, yang menjadi gagasan sentral dalam upayanya meninggalkan kultur psikedelik yang destruktif, tertuang pula dalam karya Harrison selanjutnya, seperti Blue Jay Way dan Long Long Long.
Era psikedelik The Beatles dimulai sejak Tomorrow Never Knows, dan berakhir pada saat Lennon memproduksi Across The Universe tahun 1968. Keempat anggota The Beatles mengakui secara terbuka bahwa proses kreatif pembuatan Revolver merupakan sebuah sound baru yang amat berbeda dibandingkan album-album sebelumnya. Ini merupakan album pertama mereka yang menjadi sebuah kesatuan artistik, bukan lagi sekadar kumpulan dari lagu-lagu dari beragam ciri dan suasana.
"Mereka meminta kami melanggar semua aturan main dalam proses rekaman," ungkap Emerick, yang waktu itu masih berusia 20 tahun. "Ketika memproduksi Revolver, kami diminta memproduksi agar setiap instrumen menghasilkan suara yang lain. Gitar jangan berbunyi seperti gitar, piano juga begitu. Banyak hal yang kami coba, dan memang hasilnya sangat berbeda. Metode itu dipakai terus di studio (Abbey Road) bertahun-tahun kemudian," lanjut Emerick.
Berhubung begitu banyaknya "manipulasi suara" yang dilakukan di studio, nyaris semua nomor dalam Revolver tidak bisa dimainkan saat konser. Inilah salah satu faktor mengapa The Beatles kemudian berhenti konser (yang terakhir 28 Agustus 1966 di San Francisco, AS), dan menjadi band studio sampai bubar. Namun, eksperimentasi yang dilakukan Lennon dan kawan-kawan, semakin paripurna saat The Beatles meluncurkan album Sgt Pepper's.
Tidak seperti album-album sebelumnya yang selesai dalam hitungan beberapa minggu saja, proses pembuatan Sgt Pepper's membutuhkan waktu empat bulan. Mereka bekerja keras, dan otomatis memerlukan begitu banyak LSD agar bisa kuat bertahan berjam-jam setiap harinya di studio. Nuansa psikedelik album ini sangat terasa kental, dan menyentuh berbagai tema fantasi serta bersifat nostalgia.
Album Sgt Pepper's bukanlah merupakan eksperimentasi The Beatles yang terakhir karena masih ada Magical Mystery Tour, proyek film dan album yang praktis nyaris gagal. The Beatles tentu masih meniru proses rekaman Sgt Pepper's, tercermin dari I Am The Walrus, misalnya. Tetapi, perpecahan antara Lennon dengan McCartney, meninggalnya manajer mereka Brian Epstein, membuat usia The Beatles tampak mendekati akhir.
Dan, memang benar, perpecahan tersebut semakin terkristal saat berlangsungnya proses pembuatan The Beatles, yang dikenal dengan nama White Album. Album ini merupakan kumpulan dari karya solo keempat anggotanya, yang digabungkan menjadi satu tanpa kohesivitas yang ditunjukkan sebelumnya. Perpecahan antara mereka-Starr sempat mengundurkan diri-semakin pelik dengan kehadiran Yoko Ono, dan Linda Eastman, yang masing-masing akhirnya menjadi istri Lennon serta McCartney.
Dalam dekade 1980-an, Lennon dan McCartney masih dibelenggu oleh bermacam aneka narkoba. Starr beberapa kali masuk ke pusat rehabilitasi untuk menyembuhkan penyakit alkoholik. Hanya Harrison saja yang hidup bersih dan produktif, serta semakin aktif menjadi penganut Hindu yang setia sampai dia tutup usia. (bas)

DISKOGRAFI
1. Please Please Me (1963)
2. With The Beatles (1963)
3. A Hard Day's Night (1964)
4. Beatles For Sale (1964)
5. Help! (1965)
6. Rubber Soul (1965)
7. Revolver (1966)
8. Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band (1967)
9. Magical Mystery Tour (1967)
10. The Beatles (White Album) (1968)
11. Yellow Submarine (1969)
12. Abbey Road (1969)
13. Let It Be (1970)

Share Artikel ini ke teman-temanmu

Lihat Artikel Lainnya disini