Fenomena Anti SKJ ‘94

SKJ ‘94, band indie asal Jogja yang mengusung genre disco electro sporty pop, kini menjadi fenomena musik indie di kota gudeg ini. Bagaimana tidak, atribut‑atribut anti SKJ ‘94 berupa kaos dan stiker semakin marak beredar di kalangan muda di Jogja.
Ditemui selepas manggung di Auditorium STIM AMP YKPN, Jogja, pekan lalu, SKJ ‘94 tak menampik kecemasan dalam benak mereka. “Mau bilang santai, tapi anak‑anak juga bilang muka gue ga santai,” ucap Rangga. Atribut anti SKJ ‘94 muncul di berbagai penjuru kota. Biasanya atribut seperti kaos anti SKJ ‘94 digunakan oleh sekelompok muda‑mudi. Tak hanya itu, anti SKJ ‘94 juga muncul lewat stiker‑stiker di berbagai tempat atau tertempel di helm dan kendaraan bermotor.
Menghadapi hal tersebut, SKJ ‘94 tidak sendirian. Menurut pengakuan personel SKJ ‘94, mereka terus mendapat dukungan dari band‑band indie lain seperti Jenny, dan The Super Mario Bross, yang notabene berbeda genre. “Mereka terus support kami untuk terus berkarya,” tandas sang vokalis. Dalam menghadapi celaan yang kerap muncul, SKJ ‘94 mencoba belajar dari pengalaman band‑band besar seperti U2, Limp Bizkit, dan Sex Pistol yang juga mendapat celaan di masa mereka merajut karir. Bagi SKJ ‘94, pro dan kontra adalah hal yang wajar, asal tidak menjurus ke anarkisme.
“Kalo ada orang nggak suka itu wajar. Tapi kalau sudah sampai bertindak anarkis, itu udah kelewatan. Anarkisme itu menjurus ke pengkotak‑kotakan musik. Orang yang masih mengkotak‑kotakan musik ga akan pernah berkembang,” tegas Rangga.
Menyinggung album kedua SKJ ‘94, Rangga mengungkapkan bahwa album ini sudah digarap mencapai 60 persen. “Di album kedua ini, SKJ ‘94 akan mencoba untuk merambah industri musik nasional. Distribusinya akan diperluas ke kota‑kota besar di Indonesia,” sebut vokalis yang berasal dari Jakarta ini.

Mencari Titik Temu Mengapa Fuck SKJ ‘94?

Sampai sekarang masih banyak pertanyaan mengenai penyebab adanya kelompok fuck skj ‘94 atau anti skj ‘94. Pemicu atau pokok masalah dari awal keberadaan kelompok fuck SKJ ‘94 ini juga masih simpang siur. Bahkan menimbulkan gosip-gosip baru akan awal mula keberadaan fuck SKJ ‘94.
Ada yang ngomong karena dendam lama, ada juga yang ngomong personilnya sombong-sombong, ada lagi musiknya nggak baguslah, cuma muter musik doanglah, personilnya nggak tau musiklah, inilah, itulah… masih banyak lagi tentang fuck SKJ ‘94 ini. Sampai-sampai diisukan bahwa kelompok ini dari komunitas band lain sesama band indie dari Jogja. Anehnya lagi juga ada yang mengisukan kalau kelompok ini dari band lain yang sama jenis musiknya. Bukankah ini merupakan sikap yang justru mencoreng bendera musik indie Jogja. Atau mungkin sekarang komunitas musik dan band-band di Jogja sudah berubah menjadi gangster, saya sendiri tidak tahu dan sangat tidak setuju.
Beberapa waktu lalu saya juga membaca tulisan di sebuah blog (Super Mandra Bross) yang mengatakan pada pembenci SKJ’94 yang sok sokan bilang fuck. Penulis di blog tersebut juga tidak suka skj’94. Kemudian malah terinspirasi juga untuk membuat stiker bertuliskan “Fuck Who Fuck”.
Berikut kutipannya:
“Setelah itu ya langsung saja dijual ke teman-teman sekolah, ada beberapa yang tertarik dan membeli. Penilaian mereka tentang stiker ini ya what a great idea. Dan saya tekankan kepada para pembeli yang tidak jelas dengan makna stiker ini bahwa ini tidak membela SKJ’94! ini hanya ungkapan pada pembenci SKJ’94 yang sok sokan bilang fuck (terdengar kampungan). Secara pribadi saya juga tidak suka skj’94, pernah sih kecanduan disko macam seperti itu tapi lama lama juga bosan. Tapi ayolah hargai karya anak negri. Kalaupun tidak suka kenapa harus muncul kebencian? fuck? hate?
Yang lebih terlihat kampungan lagi ketika saya mendengar cerita dari teman yang membeli stiker ini dan menempelkan pada helm. Katanya dia dicegat oleh fucker skj’94 di jalan, ditantangin gitu ya intinya fuckernya tu gak terima ada stiker fuck who fuck. Kalau gak terima kenapa harus pake cara nyegat, nantangin gitu? bukankah itu luapan yang norak. Haha mbok biasa wae, kreatif kok dilarang.” (Sumber: Super Mandra Bross).
Saya sempat googling juga, dan menemukan adanya seseorang yang memprofokasi untuk mengikuti gerakan anti SKJ ‘94. Saya temukan dari komentar sebuah blog reggae dengan id cah_q****@yahoo.com. Berikut kutipanya:
“Wo Yö.. reggae manìa khusus ny ank2 jogjaand sekitarnya fuck skj.
N’ i hate skj yours dead kuingin kau mti saja Spt lagu souljah.
Dan ank2 reggae jogja, mari kembali lg ke lantai dansa.Shaggy dog oke
dan salut kpd reggae tanah air kita maas Boni bon bon Boni .Wo yo dh dolo y
hdp genkstarasta.” (Sumber: blog reggae bataviase)
Bukankah juga provokasi seperti di atas justru akan mencoreng nama reggae sendiri.
Kalau saya boleh berpendapat, mungkin semua itu hanyalah sikap ketidakdewasaan. Sebagian besar kelompok ini adalah kalangan pelajar. Kaum pelajar sendiri masih bisa dikatakan proses pendewasaan dan masih identik dengan kenakalan remaja. Saya juga sependapat dg (Super Mandra Bross), ngapain harus muncul kebencian jika tidak suka. Yang ada hanya membuat terjadinya tindakan racism. Ayo kita hargai semua musik karya anak negeri kita pada umumnya dan musik Jogja khususnya agar semakin maju.

Share Artikel ini ke teman-temanmu

Lihat Artikel Lainnya disini