Heterochromia Iridium, Dua Warna Mata Yang Berbeda?


Para penggemar seri Final Fantasy pasti mengenal Yuna, salah satu tokoh utama pada Final Fantasy X dan Final Fantasy X-2. Disitu digambarkan bahwa Yuna memiliki dua warna mata yang berbeda, yaitu warna hijau untuk mata kanan, dan warna biru untuk mata kiri.

Wah, kok bisa begitu ya? Apakah itu hanya sekedar fiksi? Ternyata itu juga ada di dunia nyata. Oleh dunia medis, memiliki dua warna mata yang berbeda itu disebut Heterochromia Iridium.
Heterochromia Iridium


Warna mata ditentukan oleh jumlah melanin, suatu pigmen coklat gelap, yang terdapat dalam bagian mata yang disebut "iris". Mata berwarna biru adalah disebabkan oleh sedikitnya jumlah melanin, sementara mata berwarna coklat menunjukkan iris dengan kandungan melanin yang banyak.

Orang-orang dengan warna rambut dan kulit yang lebih gelap memiliki lebih banyak melanin sehingga mereka memiliki mata berwarna coklat, sementara orang dengan warna rambut dan kulit yang lebih pucat memiliki jumlah melanin yang lebih sedikit sehingga biasanya memiliki warna mata yang lebih terang.

Saat seorang individu memiliki jumlah melanin yang berbeda pada setiap iris di mata mereka, maka mata mereka pun akan memiliki warna yang berbeda. Hal ini disebut sebagai Heterochromia Iridium.
Heterochromia Iridium ini secara relatif termasuk jarang untuk manusia, tetapi termasuk umum pada beberapa binatang seperti kuda, kucing, dan beberapa spesies anjing.

Heterochromia Iridium diduga sebagai akibat dari perubahan pada satu dari beberapa gen yang mengatur warna mata.

Heterochromia Iridium ini juga bisa merupakan keturunan, walaupun trauma dan beberapa jenis pengobatan dapat juga mengakibatkan peningkatan maupun penurunan pigmentasi pada salah satu iris.

Beberapa jenis sindrom medis, misalnya Waardenburg Syndrome, juga dapat mengakibatkan seseorang untuk memiliki dua warna mata yang berbeda.

Berikut ini beberapa orang yang memiliki dua warna mata berbeda:



Dan ini adalah kasus Heterochromia Iridium pada binatang:




Variasi dari kondisi Heterochromia di bawah ini adalah dimana seseorang memiliki variasi beberapa warna pada mata:




Kargo Rusia Siap Kirim Barang ke Luar Angkasa

Moskow – Kargo tak berawak Rusia siap membawa makanan segar, bahan bakar dan oksigen untuk enam kru International Space Station (ISS).
 
Headline

M-09M Progress secara otomatis akan sampai ke tujuan pada pukul 09.38 WIB. Pesawat ini membawa 2,6 ton suplai dan perlengkapan ilmiah untuk kru internasional yang terdiri dari tiga warga Rusia, dua Amerika dan satu Italia.
Progress juga membawa satelit kecil bernama Kedr (Cedar) yang akan diorbitkan selama ‘spacewalk’ 16 Februari untuk menghormati 50 tahun orang pertama yang melakukan penerbangan ke luar angkasa.
Kosmonot Soviet Yury Gagarin menggunakan Kedr sebagai penanda ketika ia dikirim ke luar angkasa pada 12 April 1961. Satelit seberat 30 kg itu dirancang untuk memancarkan salam ke Bumi dalam lebih dari selusin bahasa menggunakan frekuensi radio amatir.
ISS mengorbit 350 km dari Bumi menggunakan modul pertama yang diluncurkan Rusia pada 1998. [vin]

Suhu Air di Kutub Utara Meningkat


Temperatur air di Kutub Utara meningkat

Air di perairan kutub utara mengalami peningkatan temperatur yang signifikan. Perubahan ini menyebabkan es di kawasan tersebut meleleh dalam jumlah besar.
Ilmuwan University of Colorado yang melakukan penelitian di Selat Fram yang terletak di antara Greenland dan kepulauan Svalbard mendeteksi kenaikan temperatur sekira 2 derajat Celsius dibandingkan 100 tahun lalu. Kenaikan itu turut mempengaruhi melelehnya es di lautan kutub utara.

Untuk mengetahui perubahan temperatur tersebut, para ilmuwan harus mengebor endapan di dasar laut. Langkah itu dilakukan karena data temperatur laut yang ada hanya tercatat hingga 150 tahun ke belakang. Sementara endapan di dasar laut menyimpan plankton sampai dengan dua ribu tahun lalu yang dapat dianalisis kandungan kimianya.
Berdasarkan spesies yang terdapat dalam endapan dan evaluasi kimia terhadap kandungan magnesium dan kalsium--mineral yang membentuk kulit atau tempurung suatu organisme yang jumlahnya sangat tergantung temperatur air--ilmuwan dapat menentukan perubahan temperatur sejak dua ribu tahun lalu sampai saat ini.

Hasil analisis menunjukkan telah terjadi peningkatan temperatur yang signifikan. Di Masa kekaisaran Romawi, sekira dua ribu tahun lalu, temperatur air lautan kutub utara rata-rata 3,4 derajat Celsius. Sementara temperatur saat ini tercatat 5,2 derajat celsius yang bisa melonjak sampai 6 derajat celsius di musim panas.
Akibatnya, ketebalan lapisan es terus berkurang. Menurut catatan pusat data salju dan es University of Colorado pada tahun 2009, permukaan es kutub utara telah menyusut hingga ke titik terendah. Selama tahun 1979 sampai tahun 2009 lapisan es yang hilang mencapai ukuran seluas Alaska.

Berkurangnya lapisan es sebelumnya selalu dikaitkan dengan menghangatnya temperatur atmosfer. "Namun ternyata air bertemperatur lebih hangat yang mengalir ke perairan kutub utara juga berkontribusi terhadap melelehnya lapisan es," kata Robert Spielhagen, paleoceanographer dari Leibniz Institute yang memimpin studi tersebut, kepada OurAmazingPlanet.
Peningkatan temperatur air itu dilaporkan dalam jurnal Science, 27 Januari 2011. (Sumber: Our Amazing Planet, USA Today, Yahoo! News)

Ilmuan Jenis Nyamuk Baru


Satu jenis nyamuk baru telah berhasil diidentifikasi. Nyamuk itu berasal dari sub group Anopheles gambiae, spesies yang bertanggung jawab atas sebagian besar penyebaran malaria di seluruh Afrika.

Seperti dikutip dari Science, para ilmuwan yang menemukan spesies nyamuk baru itu khawatir karena nyamuk tersebut sangat mudah terkena parasit yang menyebabkan penyakit tersebut.

“Sampai saat ini, nyamuk jenis baru itu belum diklasifikasikan karena ia tinggal di kawasan yang jauh dari daerah di mana kami melakukan penelitian dan mengambil sampel,” kata Michelle Riehle, peneliti dari Pasteur Institute, Perancis.

Bersama rekan-rekannya yang melakukan penelitian di Burkina Faso, Riehle mengumpulkan nyamuk dari genangan serta kolam yang ada di sekitar perkampungan penduduk selama empat tahun.

Setelah diteliti, mereka menemukan bahwa nyamuk ini secara genetik berbeda dengan Anopheles gambiae yang sudah pernah tercatat sebelumnya.

Untuk itu, peneliti kemudian mengembangbiakkan nyamuk tersebut di laboratorium agar mendapatkan keturunan serta mengujicoba tingkat kerentanan mereka terhadap parasit yang bertanggung jawab terhadap penyakit malaria.

“Hasilnya, ternyata nyamuk ini sangat ringkih,” kata Riehle. “Bahkan lebih ringkih dibanding beberapa nyamuk biasa yang kita temukan di rumah,” ucapnya.

Meski demikian, Ken Vernick, salah satu peneliti lain dari Pasteur Institute menyebutkan bahwa mereka belum dapat mengetahui secara persis dampak tipe nyamuk yang baru ditemukan ini terhadap penyebaran malaria di kawasan tersebut.

Kisah Pohon Apel, Kisah yang Mengharukan


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu, anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku.", pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi.", jawab anak lelaki itu.
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut,
"Duh, maaf aku pun tak punya uang, tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi.", kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu,", jawab anak lelaki itu.
"Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?".
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah, tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.", kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
"Ayo bermain-main lagi denganku.", kata pohon apel.
"Aku sedih.", kata anak lelaki itu.
"Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
"Maaf anakku", kata pohon apel itu.
"Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa, aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.", jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat.", kata pohon apel.
"Sekarang aku juga sudah terlalu tua untuk itu.", jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini.", kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,", kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu pun sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.


Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.