Air di perairan kutub utara mengalami peningkatan temperatur yang signifikan. Perubahan ini menyebabkan es di kawasan tersebut meleleh dalam jumlah besar.
Ilmuwan University of Colorado yang melakukan penelitian di Selat Fram yang terletak di antara Greenland dan kepulauan Svalbard mendeteksi kenaikan temperatur sekira 2 derajat Celsius dibandingkan 100 tahun lalu. Kenaikan itu turut mempengaruhi melelehnya es di lautan kutub utara.
Untuk mengetahui perubahan temperatur tersebut, para ilmuwan harus mengebor endapan di dasar laut. Langkah itu dilakukan karena data temperatur laut yang ada hanya tercatat hingga 150 tahun ke belakang. Sementara endapan di dasar laut menyimpan plankton sampai dengan dua ribu tahun lalu yang dapat dianalisis kandungan kimianya.
Berdasarkan spesies yang terdapat dalam endapan dan evaluasi kimia terhadap kandungan magnesium dan kalsium--mineral yang membentuk kulit atau tempurung suatu organisme yang jumlahnya sangat tergantung temperatur air--ilmuwan dapat menentukan perubahan temperatur sejak dua ribu tahun lalu sampai saat ini.
Hasil analisis menunjukkan telah terjadi peningkatan temperatur yang signifikan. Di Masa kekaisaran Romawi, sekira dua ribu tahun lalu, temperatur air lautan kutub utara rata-rata 3,4 derajat Celsius. Sementara temperatur saat ini tercatat 5,2 derajat celsius yang bisa melonjak sampai 6 derajat celsius di musim panas.
Akibatnya, ketebalan lapisan es terus berkurang. Menurut catatan pusat data salju dan es University of Colorado pada tahun 2009, permukaan es kutub utara telah menyusut hingga ke titik terendah. Selama tahun 1979 sampai tahun 2009 lapisan es yang hilang mencapai ukuran seluas Alaska.
Berkurangnya lapisan es sebelumnya selalu dikaitkan dengan menghangatnya temperatur atmosfer. "Namun ternyata air bertemperatur lebih hangat yang mengalir ke perairan kutub utara juga berkontribusi terhadap melelehnya lapisan es," kata Robert Spielhagen, paleoceanographer dari Leibniz Institute yang memimpin studi tersebut, kepada OurAmazingPlanet.
Peningkatan temperatur air itu dilaporkan dalam jurnal Science, 27 Januari 2011. (Sumber: Our Amazing Planet, USA Today, Yahoo! News)
Ilmuwan University of Colorado yang melakukan penelitian di Selat Fram yang terletak di antara Greenland dan kepulauan Svalbard mendeteksi kenaikan temperatur sekira 2 derajat Celsius dibandingkan 100 tahun lalu. Kenaikan itu turut mempengaruhi melelehnya es di lautan kutub utara.
Untuk mengetahui perubahan temperatur tersebut, para ilmuwan harus mengebor endapan di dasar laut. Langkah itu dilakukan karena data temperatur laut yang ada hanya tercatat hingga 150 tahun ke belakang. Sementara endapan di dasar laut menyimpan plankton sampai dengan dua ribu tahun lalu yang dapat dianalisis kandungan kimianya.
Berdasarkan spesies yang terdapat dalam endapan dan evaluasi kimia terhadap kandungan magnesium dan kalsium--mineral yang membentuk kulit atau tempurung suatu organisme yang jumlahnya sangat tergantung temperatur air--ilmuwan dapat menentukan perubahan temperatur sejak dua ribu tahun lalu sampai saat ini.
Hasil analisis menunjukkan telah terjadi peningkatan temperatur yang signifikan. Di Masa kekaisaran Romawi, sekira dua ribu tahun lalu, temperatur air lautan kutub utara rata-rata 3,4 derajat Celsius. Sementara temperatur saat ini tercatat 5,2 derajat celsius yang bisa melonjak sampai 6 derajat celsius di musim panas.
Akibatnya, ketebalan lapisan es terus berkurang. Menurut catatan pusat data salju dan es University of Colorado pada tahun 2009, permukaan es kutub utara telah menyusut hingga ke titik terendah. Selama tahun 1979 sampai tahun 2009 lapisan es yang hilang mencapai ukuran seluas Alaska.
Berkurangnya lapisan es sebelumnya selalu dikaitkan dengan menghangatnya temperatur atmosfer. "Namun ternyata air bertemperatur lebih hangat yang mengalir ke perairan kutub utara juga berkontribusi terhadap melelehnya lapisan es," kata Robert Spielhagen, paleoceanographer dari Leibniz Institute yang memimpin studi tersebut, kepada OurAmazingPlanet.
Peningkatan temperatur air itu dilaporkan dalam jurnal Science, 27 Januari 2011. (Sumber: Our Amazing Planet, USA Today, Yahoo! News)
Share Artikel ini ke teman-temanmu
Lihat Artikel Lainnya disini
Informasi
- WARNING! Ternyata Ciuman itu Berbahaya
- Daftar 5 Rumah Bertempat Menakjubkan
- 10 Negara Penyumbang Subsidi Minyak Terbesar
- Daftar 5 Majalah Dewasa Paling Terkenal di Dunia
- 5 Jenis Semut Paling Langka
- Tradisi Festival Seks dari Berbagai Negara
- 7 Masjid Berkubah Emas
- Daftar 10 Kota Hantu Paling Mengerikan di Dunia
Berita
- WARNING! Ternyata Ciuman itu Berbahaya
- 10 Negara Penyumbang Subsidi Minyak Terbesar
- 5 Jenis Semut Paling Langka
- 7 Masjid Berkubah Emas
- Single Slash tembus peringkat no 1 di Active Rock
- 10 Situs Warisan UNESCO yang hampi Lenyap
- Terdapat 10.000 Kuman Aktif didalam Tubuh Manusia
- Daftar 10 Rumah Termahal di Dunia
Mengerikan
- WARNING! Ternyata Ciuman itu Berbahaya
- Daftar 10 Kota Hantu Paling Mengerikan di Dunia
- 5 Kasus Anoreksia Paling Fenomenal
- 10 Situs Warisan UNESCO yang hampi Lenyap
- 10 Bencana yang Diakibatkan oleh Manusia
- 10 Senjata Unik pada Perang Dunia 2
- 10 Sungai Paling Kotor dari Berbagai Negara di Dunia
- Daftar 10 Harta Karun yang Masih Menjadi Misteri